Sabtu, 10 April 2010

PRIVASI MANUSIA

1. APAKAH PRIVASI ITU?
Privasi adalah keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya. Dalam ilmu psikoanalis, privasi berarti dorongan untuk melindungi ego seseorang dari gangguan yang tidak dikehendakinya.
Privasi merupakan suatu proses yang sangat penting dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan privasi, seseorang harus terampil, membuat keseimbangan atara keinginannya dengan keinginan orang lain dan lingkungan fisik di sekitarnya. Amos (1977) mengemukakan bahwa privasi adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mengendalikan interaksi mereka dengan orang lain, baik secara visual audial, maupun olfaktori untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Iriwin Altman (1975), seorang tokoh psikologi lingkungan, dalam gagasannya mengenai privasi mendefinisikan privasi sebagai kontrol selektif dari akses pada diri sendiri maupun kelompok.

2. JENIS PRIVASI
Holahan (1982) pernah membuat alat untuk mengukur kadar dan mengetahui jenis privasi dan ia mendapatkan bahwa ada enam jenis privasi, yang terbagi dalam dua golongan.

a. Golongan pertama adalah keinginan untuk tidak diganggu, secara fisik. Golongan ini terwujud pada tingkah laku menarik diri.
- Keinginan menyendiri (solitude). Privasi dapat diperoleh karena dibatasi oleh elemen tertentu sehingga bebas melakukan apa saja dan bebas dari perhatian orang lain.
- Keinginan menjauh (seclusion) dari pandangan dan gangguan suara tetangga atau kebisingan lalu lintas
- Keinginan intim dengan orang-orang (intimacy). Misalnya, dengan keluarga atau orang tertentu saja seperti kekasih, tetapi jauh dari semua orang lainnya. Privasi diperoleh tidak pada lingkunngannya, tetapi dibangun di tengah-tengah kegiatan.

b. Golongan kedua adalah keinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri yang terwujud dalam tingkah laku hanya memberi informasi yang perlu (control of information) yaitu:
- Keinginan merahasiakan diri sendiri (anonymity). Privasi yang diperoleh ketika berada di antara sesama di daerah orang lain sehingga seseorang bebas berperilaku berbeda dengan yang biasa dilakukannya, tetapi tidak ingin diketahui identitasnya. Misalnya, dandanan para turis, dll.
- Keinginan untuk tidak mengungakapkan diri terlalu banyak kepada orang lain (reserve). Privasi ketika seseorang dapat mengontrol sepenuhnya kondisi bahwa ia tidak dapat dianggu dan ia yakin merasa ama karena memiliki barier psikologis terhadap adanya gangguan. Orang yang berada disekitarnya menghargai dirinya yang ingin membatasi komunikasi tentang dirinya dengan orang lain.
- Keinginan untuk tidak terlibat dengan para tetangga (not neighboring). Tidak suka kehidupan bertetangga.

3. TUJUAN PRIVASI
Privasi adalah kehendak untuk mengontrol akses fisik ataupun informasi terhadap diri sendiri dari pihak orang lain. Sementara itu, ruang personal adalah perwujudan privasi itu dalam bentuk ruang.
Dengan demikian, disimpulkan privasi memiliki tujuan, sebagai berikut:
a. Memberikan perasaan berdiri sendiri, mengembangkan identitas pribadi. Privasi merupakan bagian penting dari ego seseorang atau identitas diri. Solitude dan intimacy khususnya dapat digunakan seseorang untuk mengevaluasi diri, merenung bagaimana hidupnya telah berjalan, bagaimana hubungan dengan sesamanya, dan apa yang harus dilakukannya.
b. Memberi kesempatan untuk melepaskan emosi. Dalam kesendirian seseorang bisa berteriak keras-keras, menangis, memandang wajahnya sendiri di cermin, dan berbicara dengan dirinya sendiri.
c. Membantu mengevaluasi diri sendiri, menilai diri sendiri. Kurangnya kontrol atas lingkungan fisik ataupun sosial menimbulkan rasa kurangnya otonomi atau independensi seseorang. Lingkungan fisik dapat berperan sebagai mediator antara privasi dan kontrol.
d. Membatasi dan melindungi diri sendiri dari komunikasi dengan orang lain. Salah satu alasan seseorang mencari privasi adalah membatasi dan melindungi percakapan yang dibuatnya. Banyak hal yang ingin disampaikan tertahan penyampaiannya karena tidak ada tempat yang dianggap cukup privat untuk melindungi percakapn tersebut.


(Sumber: ARSITEKTUR dan PERILAKU MANUSIA, karya Joyce Marcella Laurens)

TERITORIAL MANUSIA

1. APAKAH TERITORIALITAS ITU?
Teritorialitas merupakan perwujudan ‘ego’ seseorang karena orang itu tidak ingin diganggu, atau dapat dikatakan sebagai perwujudan dari privasi seseorag. Jika kita amati lingkungan di sekitar kita dengan mudah, akan kita dapati indikator teritorialitas manusia seperti papan nama, pagar batas, atau papan pengumuman yang mencantumkan kepemilikan suatu lahan.
Julian Edney (1974) mendefinisikan teritorialitas sebagai sesuatu yang berkaitan dengan ruang fisik, tanda, kepemilikan, pertahanan, penggunaan yang eksklusif, personaliasi, dan identitas. Termasuk didalamnya dominasi, kontrol, konflik, keamanan, gugatan akan sesuatu, dan pertahanan.
Teritori berarti wilayah atau daerah dan teritorialitas adalah wilayah yang dianggap sudah menjadi hak seseorang. Misalnya, kamar tidur seseorang adalah wilayah yang dianggap sudah menjadi hal seseorang. Meskipun yang bersangkutan sedang tidur di sana dan ada orang yang memasuki kamar tersebut tanpa izinnya, ia akan tersinggung rasa teritorialitasnya dan ia akan marah. Contoh lain misalnya bangku-bangku di kantin. Apabila ada orang yang menempati tempat tersebut, kemudian ingin pergi sebentar untuk memesan makanan, atau pergi ke toilet, ia akan meninggalkan sesuatu seperti buku atau tas di atas meja, dengan harapan orang lain yang melihat ada buku atau tas disitu diharapkan tahu bahwa bangku tersebut sudah menjadi teritorinya sehingga tidak diduduki.
Dari uraian tersebut, dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yag ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas suatu tempat atau suatu lokais geografis. Pola tingkah laku ini mencakup personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar.

2. KLASIFIKASI TERITORIALITAS
Tingkah laku teritorialitas manusia mempunyai dasar yang agak berbeda dengan binatang karena teritorialitas manusia berintikan pada privasi. Sementara itu, fungsi teritorialitas pada hewan untuk mempertahankan diri, dorongan untuk mempertahankan hidup, dan mempertahankan jenis.
Tingka laku teritorialitas hewan ini, antara lain membuat atau mendiami tempat hunian, menyimpan bahan makanan di tempat tertentu, mencari atau mengumpulkan makanan dari area tertentu, dan melindungi anak-anaknya dari serangan makhluk lain. Dorongan yang mendasari tingkah laku teritori pada hewan ini dinamakan naluri teritori.
Teritorialitas pada manusia mempunya fungsi yang lebih tinggi daripada sekedar fungsi mempertahankan hidup. Pada manusia, teritorialitas ini tidak hanya berfungsi sebagai perwujudan privasi saja, tetapi lebih jauh lagi teritorialitas juga mempunyai fungsi sosial dan fungsi komunikasi.
Sebagai media komunikasi, teritori juga terbagi dalam beberapa golongan, klasifikasi teritori yang terkenal adalah klasifikasi yang dibuat Altman (1980) yang didasarkan derajat privasi, afiliasi, dan kemungkinan pencapaian.
a. Teritori Primer
teritori primer adalah tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya, hanya boleh dimasuki orang-orang yang sudah sangat akrab atau yang sudah mendapat ijin khusus. Teritori ini dimiliki oleh perseorangan atau sekelompok orang. Misalnya, ruang tidur atau ruang kantor.
b. Teritori Sekunder
Teritori sekunder adalah tempat-tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang sudah cukup saling mengenal. Kendali pada teritori ini tidaklah sepenting penggunaan dengan orang asing. Misalnya, ruang kelas, kantin kampus, ruang latihan olahraga, dll.
c. Teritori Publik
Teritori publik adalah tempat-tempat yang terbuka untuk umum. Pada prinsipnya, setiap orang diperkenankan untuk berada di tempat tersebut. Misalnya, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, lobi hotel, dan ruang sidang pengadilan yang dinyatakan terbuka untuk umum,
Kadang-kadang teritori publik dikuasai oleh kelompok tertentu dan tertutup bagi kelompok yang lain, seperti bar yang hanya untuk orang dewasa atau tempat-tempat hiburan yang terbuka untuk dewasa umum, kecuali anggota ABRI, misalnya.

Selain pengklasifikasian tersebut, Altman (1975) juga mengemukakan dua tipe teritori lain, yaitu objek dan ide. Meskipun keduanya bukan berwujud tempat, diyakini juga memenuhi kriteria teritori. Karena seperti halnya dengan tempat, orang juga menandai, menguasai, mempertahankan dan mengontrol barang mereka, seperti buku-buku, pakaian, motor, dan objek lain yang dianggap miliknya.
Selain itu, Lyman dan Scott (1967) juga membuat klasifikasi tipe teritorialitas yang sebanding dengan klasifikasi Altman. Namun, terdapat dua tipe yang berbeda, ytiu teritori interaksi (interactional territories) dan teritori badan (body territory).
Teritori interaksi ditujukan pada suatu daerah yang secara temporer dikendalikan oleh sekelompok orang yang berinteraksi. Misalnya, sekelompok anak yang masuk ke dalam lapangan bola ketika sedang ada pertandingan bola oprang dewasa, atau seorang anak kecil masuk dalam ruang kuliah yang tidak peruntukkan baginya.
Sementara itu, teritori badan dibatasi oleh badan manusia. Namun, batasannya bukanlah ruang maya, melainkan kulit manusia, artinya segala sesuatu mengenai kulit tanpa izin dianggap gangguan. Orang itu akan mempertahankan diri terhadap gangguan tersebut.

3. PELANGGARAN DAN PERTAHANAN TERITORI
Bentuk pertama pelanggaran teritori yang dapat diindikasi adalah invasi. Seseorang secara fisik memasuki teritori orang lain, biasanya dengan maksud mengambil kendali atas teritori tersebut dari pemiliknya. Misalnya, invasi Amerika atas Irak.
Bentuk kedua adalah kekerasan. Suatu bentuk pelanggaran yang bersifat temporer atas teritori seseorang. Biasanya tujuannya bukanlah untuk menguasai kepemilikannya, melainkan suatu bentuk gangguan. Tabrak lari dan pencurian, masuk dalam kategori ini. Kadang-kadang gangguan ini terjadi tidak dengan sengaja, misalnya ketika seorang anak laki-laki memasuki toilet wanita. Namun, bisa juga terjadi dengan sengaja, tanpa harus memasuki teritori secara fisik, misalnya pencurian atau gangguan pada data komputer di sebuah perusahaan, atau memasuki gelombang radio tertentu tanpa izin.
Bentuk ketiga adalah intimidasi. Seseorang menggangu teritori orang lain dengan meninggalkan sesuatu yang tidak menyenangkan seperti sampah, coretan, atau bahkan merusaknya. Misalnya, ketika seseorang menyewa sebuah rumah, dan meninggalkan barang-barang bekasnya.

4. TERITORIALITAS DAN PERILAKU
Teritorialitas berfungsi sebagai proses sentral dalam personalisasi, agresi, dominasi, memenangkan, koordinasi, dan kontrol.
a. Personalisasi dan Penandaan
Personalisasi dan Penandaan seperti memberi nama, tanda atau menempatkan di lokasi strategis, bisa terjadi tanpa kesadaran akan teritorialitas. Misalnya, membuat pagar atas, memberi papan nama yang merupakan kepemilikan. Penandaan juga dipakai seseorang untuk mempertahankan haknya di teritori publik, seperti nomor kursi di pesawat atau bisokop.
b. Agresi
Agresi biasanya terjadi apabila batas teritori tidak jelas. Pada tingkat yang lebih luas, misalnya teritori daerah atau negara, perang sudah sangat sering terjadi karena adanya agresi.
c. Dominasi dan Kontrol
Dominasi dan Kontrol umumnya lebih banyak terjadi pada teritori primer.


(Sumber: ARSITEKTUR dan PERILAKU MANUSIA, karya Joyce Marcella Laurens)

.